Makalah 10 Kisah Sukses Wirausahawan
KISAH SUKSES WIRAUSAHAWAN
TUGAS
PRODUK KREATIF DAN
KEWIRAUSAHAAN
KATA
PENGANTAR
Terima kasih juga kami ucapkan
kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya
sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah
ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
Nganjuk, 12
November 2019
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A.
Latar
Belakang.........................................................................................1
B.
Tujuan......................................................................................................1
C.
Metode
Pengambilan
Data.......................................................................1
1.1 Sikap dan Perilaku
Wirausahawan..........................................................2
1.2 Keberhasilan dan Kegagalan
Wirausahawan..........................................4
BAB II Kisah Sukses
Wirausahawan..............................................................5
1.
Rangga
Umara.........................................................................................5
2.
Agus
Pramono.........................................................................................7
3.
Chairul
Tanjung......................................................................................8
4.
Elang
Gumilang......................................................................................11
5.
Susi
Pudjiastuti.......................................................................................13
6.
Sukyanti
Nugroho..................................................................................14
7.
Frank
Wang............................................................................................15
8.
Lanny
Siswadi........................................................................................16
9.
Achmad
Zaky.........................................................................................18
10. Gibran Rakabuming...............................................................................21
BAB
III PENUTUP.........................................................................................22
3.1
Kesimpulan.....................................................................................22
3.2 Saran...............................................................................................22
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berwirausaha merupakan salah satu cara sesorang untuk
bekerja dan menitih karir untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Dengan
berwirausaha dapat pula membukakan lapangan pekerjaan baru bagi orang-orang
yang membutuhkan atau sedang mencari sebuah pekerjaan, selain itu dapat
membantu tugas pemerintah dalam mengurangi pertumbuhan pengangguran negeri ini.
Kendati Indonesia dinyatakan masih banyak membutuhkan wirausahawan baru.
Fenomena banyaknya pengangguran ini
tidak hanya orang-orang dewasa atau tua yang beraniuntuk memulai bisnis mereka,
sekarang banyak terlihat generasi muda yang sudah berani melangkah ntuk memulai
usaha merekan dan tidak sedikit pula yang dapat meraih kesuksesan di usia muda.
Mereka telah berpikir untuk mendapatkan keuntungan
sendiri tanpa harus bekerja untuk orang lain. Dengan banyaknya wirausahawan
baru tanpa sadar dapat mengurangi jumlah pengangguran di masyarakat. Penduduk
Indonesia pun tidak asing dengan namanya wirausaha atau wirausahawan sebagai
pelaku. Tidak sedikit pula masyarakat yang mulai menjadi wirausahawan tanpa
harus menggantungkan hidup mereka pada orang lain dengan sebagai karyawan
swasta maupun negeri.
B. Tujuan
Adapun
untuk tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui
perjalanan wirausahawan sukses.
2.
Mengetahui
biodata wirausahawan tersebut.
C. Metode
Pengembalian Data
Data
penulisan makalah ini dilakukan dengan mengambil data melalui browsing dari
internet.
1.1 Sikap
dan Perilaku Wirausahawan
a. Sikap Wirausahawan
1. Mampu berpikir
dan bertindak kreatif dan inovatif.
2. Mampu bekerja
tekun, teliti dan produktif.
3. Mampu berkarya berlandaskan etika bisnis yang
sehat.
4. Mampu berkarya dengan semangat kemandirian.
5. Mampu memecahkan masalah dan mengambil
keputusan secara sisitematis dan berani
mengambil resiko.
b. Perilaku Wirausahawan
1). Memiliki rasa
percaya diri
a). Teguh
pendiriannya.
b). Tidak tergantung
pada orang lain.
c). Berkepribadian
yang baik.
d). Optimis
terhadap pekerjaannya.
2). Berorientasi
pada tugas dan hasil
a). Haus akan
prestasi.
b). Berorientasi
pada laba atau hasil.
c). Ketekunan dan
ketabahan.
d). Mempunyai
dorongan kuat, motivasi tinggi, dan kerja keras.
3). Pengambil resiko
a). Enerjik dan
berinisiatif.
b). Kemampuan
mengambil resiko.
c). Suka pada
tantangan.
4). Kepemimpinan
a). Bertingkah laku
sebagai pemimpin.
b). Dapat
menanggapi saran-saran dan kritik.
c). Dapat bergaul
dengan orang lain.
5). Keorisinilan
a). Inovatif,
kreatif, dan fleksibel.
b). Serba bisa dan
mengetahui berbagai hal.
c). Mempunyai
banyak sumber kemampuan.
6). Berorientasi ke masa depan
a). Memiliki
pandangan ke masa depan.
b). Optimis
memandang masa depan.
1.2 Keberhasilan dan Kegagalan
Wirausahawan
a. Keberhasilan Wirausaha
Keberhasilan
wirausaha biasanya erat kaitannya dengan hal sebagai berikut :
a. Dari sisi pengusaha/pengelola:
1. Jujur terhadap diri sendiri, orang lain, dan terhadap
tujuab yang akan dicapai.
2. Disiplin dan berani/
3. Menguasai bidang usaha yang digeluti.
4. Dapat melaksanakan prinsip manajemen dengan baik.
b.
Dari sisi produk
a. memiliki
keunggulan yang berarti bagi konsumen, apakah dari segi harga, kualitas produk,
prestise, manfaat dan sebagainya.
b. Didukung oleh
promosi yang efektif kepada public.
b. Kegagalan Wirausaha
Ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan kegagalan dalam berwirausaha antara lain :
1. Tak ada perencanaan yang matang.
2. Bakat yang tidak cocok.
3. Kurang pengalaman.
4. Tak punya semangat berwirausaha.
5. Kurang modal.
6. Lemahnya pemasaran.
7. Tak punya etos kerja yang tinggi.
BAB
II
KISAH
SUKSES WIRAUSAHAWAN
1. Rangga
Umara (Lele Lela)
Rangga, pemilik bisnis rumah makan Lele Lela membidik pasar kuliner dengan
bahan dasar lele dengan asumsi ketersediaan lele sangat mudah di dapat dan
harganya cukup terjangkau. Hal inilah yang membuat Rangga memulai bisnis ini
hingga akhirnya sukses di bidang kuliner.
Rangga memulai bisnis kuliner ini setelah ia terkena PHK oleh tempat
kerjanya saat itu. Karena merasa bingung, bagaimana cara mendapatkan
penghasilan lagi, akhirnya Rangga memberanikan diri untuk menjual aset tersisa
yang dimiliki untuk memulai bisnis kuliner. Pada awalnya, Rangga mengalami
kegagalan, namun itu tidak membuatnya patah semangat.
Sambil mencari lokasi bisnis yang lebih strategis, Rangga mencoba mencari
menu andalan yang bisa dijual pada bisnis kuliner berikutnya. Berbekal
pengalaman tentang menu favoritnya
selama berkuliah yaitu pecel lele yang memiliki harga cukup terjangkau dan rasa
yang nikmat, Rangga mulai menekuni bisnis kuliner Lele Lela.
Lele Lela adalah bisnis kuliner kedua yang ia buka setelah mengalami
kegagalan. Namun, tidak sampai di situ, Rangga juga mendapatkan beberapa
masalah bisnis yang harus dia hadapi seperti konsumen yang lebih suka ayam
daripada lele. Berbekal dari kegagalan yang ia dapatkan di bisnis pertamanya,
Rangga mencoba menjadi lebih semangat dan tidak putus asa. Ia melakukan
beberapa eksperimen dengan masakan berbahan dasar lele dan mencoba menawarkan
lagi di warungnya. Tidak disangka, hasil percobaannya kali ini sukses, dan
resep-resep varian lele nya bisa diterima dengan baik oleh konsumen.
Rintangan kedua datang dari pemilik warung yang menaikkan sewanya menjadi
Rp2 juta/bulan. Hal ini membuat Rangga kewalahan dalam mengatur keuangan. Ia
harus membagi pendapatannya dengan membayar sewa tempat serta menggaji 3
karyawannya. Selain itu, di saat yang bersamaan ia juga harus membayar utangnya
pada rentenir sebesar Rp5 juta. Semua rintangan
bisnis ini dihadapi Rangga dengan baik dan justru menaikkan mental
bisnisnya, sehingga berhasil memasarkan Lele Lela. Kini rumah makan Lele Lela
telah memiliki 27 cabang di beberapa kota besar dengan omzet Rp1,8 miliar/bulan
di masing-masing cabang.
2. Agus
Pramono (Ayam Bakar Mas Mono)
Kisah sukses berikutnya datang dari pemilik nama Agus
Pramono yang berjaya dengan produknya Ayam Bakar Mas Mono. Sebelum memiliki
bisnis kuliner ini, Agus pernah menjadi seorang sales, office boy, hingga
tukang gorengan. Saat mas Mono menjadi seorang office boy, ia menerima tamparan
keras ketika bapaknya di desa meninggal, dan ia tidak bisa pulang karena tak
ada uang, dari situlah ia memutuskan keluar dari pekerjaannya dan memutuskan
untuk berjualan gorengan dengan keuntungan Rp15 ribu per hari. Mengingat
banyaknya kebutuhan untuk sewa lahan yang harus dibayar, mas Mono khirnya
memutuskan untuk menjual ayam bakar dengan asumsi keuntungan ayam bakar lebih
besar daripada gorengan.
Hingga pada tahun 2011, langkah Agus memulai bisnis
kuliner tidak diragukan lagi. Pria yang akrab dipanggil Mas Mono ini terbilang
sukses menjalankan bisnis ayam bakarnya yang hingga kini dikenal dengan nama
Ayam Bakar Mas Mono. Pada awalnya, ia hanya berhasil menjual 5 ekor per hari,
dan kini meningkat menjadi 80 ekor per hari.
Namun, perjalanan mas Mono tidak semulus yang ia
harapkan, ia pun mengalami kendala penggusuran ketika bisnisnya mulai sukses.
Karena ia harus terus menjalankan bisnisnua dan menghidupi 6 karyawannya, mas
Mono akhirnya menyewa tempat baru di kawasan Tebet yang sayangnya kurang
strategis.Kendala ini membuat mas Mono berjuang dari awal lagi dan gigih
berpromosi untuk menarik pelanggan kembali.
Tidak menunggu lama, pelan tapi pasti, bisnis mas Mono
kembali seperti semula bahkan lebih besar lagi. Kini setelah 16 tahun menjalani
bisnis ayam bakar, mas Mono telah memiliki lebih dari 20 cabang dengan 400
karyawan. Ia pun berhasil mengantongi omzet puluhan juta per hari, serta
memasarkan bisnis franchise-nya seharga Rp500 juta.
3. Chairul
Tanjung
Chairul Tanjung adalah seorang konglomerat sukses yang
mempunyai berbagai perusahaan besar dibawah naungan CT Corp. CT Corp sendiri
adalah sebuah holding company yang membawahi perusahaan-perusahaan besar
seperti PT Bank Mega Tbk, Mega Finance, Trans TV, Trans7, Trans Studio,
Transmart Carrefour, Detik.com, Metro Departement Store dan masih banyak lagi.
Chairul Tanjung sendiri termasuk sebagai salah satu orang
terkaya di Indonesia dimana berdasarkan Forbes, Chairul Tanjung mempunyai
kekayaan sekitar US$ 4,900,000,000 (empat miliar sembilan ratus juta dolar
Amerika Serikat). Kekayaannya yang besar tersebut tidak diperoleh Chairul
Tanjung dengan mudah, dia merintis bisnis dari nol sebelum mencapai kesuksesan
tersebut. Berikut kisah sukses Chairul Tanjung dalam memulai bisnis dari nol.
Chairul Tanjung lahir di Jakarta pada 16 Juni 1962.
Ayahnya, A.G Tanjung adalah seorang wartawan sekaligus penerbit surat kabar
lokal yang lumayan sukses. Tetapi karena tulisannya yang sering bersebrangan
dengan orde baru, surat kabar ayahnya tersebut dibredel dan terpaksa tutup.
Akibatnya ekonomi keluarga Chairul Tanjung pun berubah dari yang sebelumnya
cukup berada dan tinggal di rumah yang cukup besar terpaksa pindah ke kontrakan
pinggir kota yang sederhana.
Mulai
Bisnis Sejak Kuliah
Keadaan ekonomi keluarga yang memburuk tidak membuat Ayah
dan Ibunya tidak memperhatikan pendidikan. Ditengah kesulitan ekonomi tersebut,
Chairul Tanjung lulus dari SMA Boedi Oetomo dan melanjutkan kuliah di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
Hidup dengan uang sangat terbatas pada masa kuliah
tersebut mendorong Chairul Tanjung untuk berpikir kreatif dan mencari uang
sendiri. Chairul Tanjung mulai berbisnis kecil-kecilan dengan menjual buku-buku
di kampusnya. Tidak puas dengan itu dia juga menerima order fotokopi untuk
buku-buku kuliah dan materi kuliah dengan bantuan kenalannya yang mempunyai
percetakan kecil-kecilan. Dia juga kemudian membuka usaha fotokopi di ruang
kosong dibawah tangga kampusnya, walaupun dia tidak memiliki uang untuk membeli
mesin fotokopi dia menemukan solusi melalui kemitraan dengan orang lain.
Serius
Berbisnis
Lulus dari kuliah, Chairul Tanjung merasa bahwa dirinya
lebih terpanggil untuk berbisnis dibandingkan berpraktik menjadi dokter gigi.
Perjalanan bisnisnya setelah lulus kuliah tidaklah selalu mulus, percobaan
pertamanya berbisnis alat kedokteran berakhir dengan kebangkrutan.
Tidak patah semangat, Chairul Tanjung terjun ke bisnis
kontraktor dan mengerjakan berbagai proyek konstruksi termasuk salah satunya
pembuatan pabrik/workshop peralatan berbahan dasar rotan. Tapi ditengah jalan
proyek pembuatan pabrik tersebut mangkrak karena sang pemilik proyek mengalami
kesulitan keuangan. Mangkraknya proyek tersebut berpengaruh besar terhadap
kondisi keuangan dia, dan pada saat itu dia sudah kehabisan uang.
Namun, dibalik kegagalan tersebut rupanya tidak lama
kemudian muncul sebuah kesempatan yang tidak diduga-duga oleh Chairul Tanjung.
Dengan bermodalkan gedung pabrik yang mangkrak tersebut, Chairul Tanjung dan
beberapa temannya meminjam uang ke Bank Exim sebesar Rp 150 juta untuk membuat
pabrik sepatu.
Tetapi kemudian lagi-lagi nasib memberikan cobaan bagi
Chairul Tanjung. Setelah pabrik selesai dan sampel produksi dikirimkan kepada
beberapa calon pembeli, perusahaannya tidak mendapatkan satupun order. Ditengah
kesulitan tersebut mereka tidak menyerah dan tetap berjuang, sampai akhirnya
berkat usahanya tersebut mereka berhasil mendapatkan order dan dalam beberapa
tahun mereka sudah bisa melayani pasar ekspor. Tetapi kemudian disaat pabrik
sepatu itu tengah menikmati masa-masa suksesnya, Chairul Tanjung memiliki
perbedaan pandangan dalam masalah bisnis dengan pemilik lainnya dan diapun
memutuskan untuk keluar dan merintis bisnisnya sendiri.
Konglomerasi
Chairul Tanjung
Keluar dari bisnis sepatu tersebut, Chairul Tanjung
kemudian mendirikan Para Group pada tahun 1987. Pada tahun 1996 Para Group
mengambilalih Bank Karman yang kemudian diganti namanya menjadi Bank Mega.
Dibawah naungan Para Group, Bank Mega bisa bertahan dari krisis moneter tahun
1998 dan pada tahun 2001 Bank Mega melakukan penawaran publik perdana (IPO) dan
menjadi perusahaan terbuka.
Pada tahun yang sama anak usaha Para Group yaitu Trans TV
mulai mengudara di Indonesia, dan anak usahanya yang lain membuka Bandung
Supermall dilahan seluar 3 hektar. Tidak berhenti dengan memulai dua usaha baru
tersebut, pada tahun yang sama juga Para Group mengakuisisi Bank Tugu dan
menggantinya namanya menjadi Bank Mega Syariah.
Chairul Tanjung terus mengembangkan Para Group menjadi
salah satu konglomerasi yang mempunyai anak usaha mulai dari perbankan,
asuransi, retail, property, media dan masih banyak lagi. Pada tahun 2011, Para
Group berganti nama menjadi CT Corpora dan mengakusisi salah satu portal media
online terbesar yaitu Detik.com.
4. Elang
Gumilang
Elang Gumilang adalah seorang pengusaha properti
kelahiran Bogor 6 April 1985 (31 tahun) yang kisah hidupnya merupakan contoh
dari kisah inspiratif pengusaha Indonesia sukses membangun bisnis dari nol.
Elang Gumilang telah menjadi seorang pengusaha sukses dari usia sekolah, saat
duduk di bangku SMA kelas 3 dirinya mempunyai target untuk menghasilkan 10 juta
rupiah untuk membiayai sendiri kuliahnya. Dengan bekal semangat tersebut, Elang
mulai menjajakan donat ke sekolah-sekolah dan meraih keuntungan yang lumayan
dari usaha tersebut. Namun, kedua orang tuanya kemudian mengetahuinya dan
memaksanya untuk berhenti berjualan donat karena UN yang sudah dekat.
Lulus dari UN dan tamat SMA, Elang berhasil masuk ke
Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Memasuki kuliah semangat wirausaha Elang muncul
lagi dengan bermodal uang sejuta ia kembali berniat untuk bisnis. Awalnya ia
berjualan sepatu dan mampu menangguk untung 3 juta, kemudian berganti menyuplai
lampu neon fakultas. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampu
Philips untuk mensuplai lampu neon di kampusnya. “Alhamdulillah untuk setiap
pembelian saya untung 15 juta rupiah,” ucapnya bangga. Namun bisnis lampu
perputarannya uangnya sangat lambat, Elang kemudian beralih ke bisnis minyak
goreng yang mempunyai perputaran cepat.
Bisnis minyak goreng yang ditekuninya memang mempunyai
perputaran cepat namun menggunakan tenaga dan waktu yang tidak sedikit sehingga
mengganggu kuliah. Akhirnya Elang berhenti dari bisnis minyak goreng. Ia
kemudian memikirkan bisnis yang tak menggunakan otot. Ia bertukar pikiran
dengan dosen dan beberapa pengusaha lokal. Alhasil tercetuslah bisnis lembaga
kursus bahasa Inggris di kampusnya. Elang menggunakan tenaga pengajar langsung
dari luar negeri sehingga kampus mempercayakan lembaga milik Elang tersebut
sebagai mitra. Karena bisnis kursus ini tak menggunakan otot, Elang kemudian
menggunakan waktu luangnya untuk menjadi pemasar perumahan.
Dengan keberhasilan bisnis-bisnis sebelumnya tersebut,
Elang sudah mempunyai hidup yang berkecukupan sebelum terjun ke bisnis
properti. Dia sudah punya mobil dan
rumah sendiri padahal masih kuliah semester 6 tetapi Elang merasa ada yang
kurang. Setelah melewati masa pencarian jawaban tersebut, Elang Gumilang pun
terjun ke bisnis properti yang fokus kepada masyarakat berpenghasilan rendah
seperti pedagang, buruh, dan masyarakat yang tidak mempunyai akses perbankan.
Modal pertamanya sebesar Rp 340 juta. Hasil meminjam dari
kerabat, teman dan dosen. Dengan uang sejumlah itu, Elang bisa membangun hunian
tempat berlindung para pedagang, rekan mahasiswa maupun masyarakat lain yang
tak memiliki akses perbankan. Harga rumah yang dijualnya saat itu, sekitar Rp
22 juta-Rp 40 juta per unit. Uang muka yang dikenakan hanya Rp 1,2 juta dengan
cicilan per bulan sekitar Rp 89 ribu. Jumlah nilai yang saat ini tak ada
artinya. Di saat pengembang lain berjibaku meraup marjin keuntungan maksimal, Elang
justru berlaku sebaliknya.
Sukses penjualan Gemilang Property Griya Salak Endah I
menyisakan kisah serupa pada sejumlah portofolio berikutnya. Hingga enam tahun
usia bisnisnya di sektor properti, Elang telah mengembangkan tiga belas (13)
perumahan. Di antaranya Gemilang Property Griya Salak Endah I-III, Gemilang
Property Griya PGRI Ciampea Endah, Gemilang Property Citayam, Gemilang Property
Cilebut, Gemilang Property Lido dan yang teranyar di kawasan Cifor, Bogor
Barat. Kisaran harga mulai dari Rp 88 juta-Rp 1 miliar. Dari rentang harga ini
dapat diambil kesimpulan bahwa semua kelas memberikan kesempatan kepadanya
untuk berkembang.
Saat ini Elang Gumilang telah mempunyai bisnis dengan
omzet sebesar Rp55-56 triliun dan meraih berbagai penghargaan yang bergengsi.
Elang Group yang fokus kepada properti untuk masyarakat berpenghasilan rendah
pun telah melebarkan sayap usahanya ke bisnis properti komersial. Dari kisah
hidupnya tersebut tidak berlebihan jika Elang Gumilang masuk dalam daftar kisah
inspiratif pengusaha Indonesia sukses membangun bisnis dari nol.
5. Susi
Pudjiastuti
Perempuan kelahiran 1965 mantan Menteri Kelautan dan
Perikanan RI di bawah Presiden Jokowi ini adalah seorang pengusaha yang
terkenal tegas. Ia merintis bisnisnya di bidang perikanan dan kemudian maskapai
penerbangan dari nol.
Setelah memilih untuk berhenti sekolah sebelum lulus SMA,
ia memulai usahanya sebagai pedagang pakaian dan bed cover. Setelah melihat
potensi wilayah tempat tinggalnya, Pangandaran, sebagai penghasil ikan, Susi
lantas memanfaatkannya sebagai peluang bisnis dan beralih ke usaha perikanan.
Dengan modal hanya Rp750 ribu hasil dari menjual
perhiasannya, ia mulai membeli ikan dari tempat pelelangan dan memasarkannya ke
sejumlah restoran. Setelah sempat tersendat, bisnis Susi akhirnya berhasil
menguasai bursa pelelangan ikan di Pangandaran dan bahkan kemudian merambah ke
ekspor ikan dan lobster.
Bisnis maskapai penerbangannya juga berawal dari bisnis
perikanan tersebut. Untuk mengatasi masalah pengiriman ikan yang lambat apabila
lewat darat atau laut, Susi membeli sebuah pesawat dari pinjaman bank untuk
pengangkutan produk lautnya, yang kemudian berkembang menjadi armada maskapai
penerbangan Susi Air yang melayani rute pedalaman dan carter.
6. Sukyanti
Nugroho (Es Teller 77)
Awalnya Es Teller 77 adalah warung makan biasa dan
sederhana. Dengan mengandalkan kemampuan memasak Ibu Mertuanya yang dikatakan
paling enak untuk masakan Indonesia Sukyanti Nugroho memberanikan untuk membuka
usaha warung makan Es Teler 77.
Dengan mempertahankan berbagai macam menu makanan
tradisional khas indonesia Es Teler 77 akhirnya berkembang pesat dan tersebar
luas di Indonesia dan telah banyak berada di mall-mall besar di Indonesia.
Tidak seperti Bumbu Desa yang fokus kepada makanan khas
sunda. Es Teler 77 lebih ke makanan masakan rumah yang sering Anda temukan di
rumah. Seperti sayur asam dan tumis kangkung.
Es Teler 77 sendiri sudah berdiri lebih dari 30 tahun. Di
resmikan pada tanggal 7 Juli 1982 sosok utama dibalik kesuksesan Es Teller 77
ini sekaligus yang menginspirasi Sukyanti adalah Ibu Muniarti yang mendapatkan
predikat terbaik saat mengikuti lomba meracik Es Teler.
Dibantu oleh kedua mertuanya yaitu Ibu Muniarti sendiri
beserta suami Trisno Budijanto dan istrinya Yeni Setiawan Widjaja, Sukyanto
berhasil membuat Es Teler 77 menjadi salah satu usaha tempat makan dengan
jumlah cabang waralaba terbesar.
Saat ini Es Teler telah tersebar sampai New Delhi,
Melbourne Australia, Malaysia, dan Singapura.
Walaupun kesannya sederhana dan banyak yang pesimis
terhadap perkembangan usaha kuliner yang mengandalkan makanan tradisional
sebagai menu utama.
7. Frank
Wang
Profil wirausahawan sukses selanjutnya masih berasal dari
China yang bernama Frank Wang. Pria kelahiran 1980 ini memiliki kekayaan bersih
mencapai 9,1 miliar dollar dan termasuk ke dalam salah satu dari 100 orang
paling kaya di dalam dunia teknologi. Bahkan, pada tahun 2017 lalu, kekayaannya
di China hanya kalah dari pemilik Alibaba, yakni Jack Ma yang memutuskan
pensiun dari raksasa e-commerce, Alibaba.
Aset harta yang dimiliki oleh Wang diraih dari perusahaan
yang ia buat, yaitu DJI Technologi. Perusahaan tersebut berfokus di bidang
teknologi, tepatnya pesawat tanpa awak atau biasa dikenal sebagai drone.
Kecintaannya terhadap benda tersebut bermula sejak ia berusia 16 tahun. Kala
itu, Frank mendapatkan kado pesawat terbang remote control dari kedua orang
tuanya karena ia berhasil meraih nilai memuaskan ketika berada di bangku
sekolah.
Semenjak saat itu, ia langsung tertarik dan mendalami
bidang teknologi. Salah satu bentuk ketertarikannya adalah dengan mengambil
jurusan science and technology dan master of science di universitas terkemuka
di Hongkong. Dalam salah satu tugas, pria yang kini telah berusia 38 tahun
tersebut membuat projek pesawat tanpa awak. Walaupun tidak mendapatkan nilai
yang bagus, faktanya drone tersebut malah laku terjual dengan harga yang besar.
Frank menceritakan jika modal dari pembuatan drone
pertama itu hanya sekitar 2000 dollar namun ia mampu menjualnya tiga kali lipat
lebih mahal atau sekitar 6000 dollar. Selepas produk pertamanya tersebut
terjual, Frank mendirikan JDI Technology dan merebut pangsa pasar 70% di
seluruh dunia hingga saat ini.
8. Lanny
Siswadi
Lanny Siswadi adalah salah satu pengusaha wanita
tersukses di Indonesia. Dirinya lahir di Madiun, Jawa Timur tahun 1958 silam. Bisnis
yang dijalankan adalah kuliner. Terutama berbentuk sambal.
Awal kisahnya dimulai dari kepindahannya dari Madiun ke
Surabaya. Perpindahan tempat tinggal ini disebabkan oleh situasi yang kurang
kondusif di daerahnya. Tepatnya, ketika kotanya didera pemberontakan PKI masa
lampau.
Lanny yang sejatinya masih duduk di bangku SD kelas 4
akhirnya memutuskan berhenti dan pindah ke Surabaya. Perjalanan hidupnya cukup
panjang. Sampai akhirnya dirinya dewasa dan menikah dengan Rudy Siswadi.
Permulaan bisnis yang membawanya meraih kesuksesan ini
diawali dari hal yang kreatif. Bisa dibilang tidak disengaja. Yakni ketika
mengulek sambal.
Lanny membuat sambal dengan campuran ikan hasil tangkapan
suaminya. Rasanya begitu nikmat, dan ternyata diminati oleh banyak orang.
Inovasi inilah yang menjadi cikal bakal munculnya sambal bu Rudy yang melegenda
di kota pahlawan. Bahkan, wajah dari Lanny Siswadi ini terpampang di sambal
legendaris bu Rudy. Tepatnya di kota pahlawan.
Cita rasa yang enak dari sambal ini mulai dikenal oleh
masyarakat, dan terus meluas dari mulut ke mulut. Sampai akhirnya, Lanny
memperluas bisnisnya dengan membuka usaha kuliner pecel Madiun dengan menu
andalan nasi sambal udang.
Kepopulerannya semakin terlihat, memberikan kesempatan
lebih luas untuk memperlebar cakupan usahanya. Akhirnya, Lanny juga membuka
usaha yang berhubungan dengan camilan dan oleh-oleh.
Bisnis kuliner dan sambal bu Rudy inilah yang kemudian
menjadi titik awal kesuksesannya. Menariknya, omzet jualannya sampai ratusan
juga perbulannya. Tak heran jika dirinya menjadi salah satu pengusaha kuliner
yang sukses di nusantara.
Kunci utama dari kesuksesan pengusaha sukses di Indonesia
ini adalah inovasi dan strategi marketing. Memang strategi marketingnya ini
tidak semodern sekarang, tetapi dampaknya sangatlah besar.
Terbukti jika strategi marketing yang tidak pernah
dipelajari di bangku SD ini berhasil. Yang terpenting, promosi dari mulut ke
mulut ini berhasil sampai akhirnya membawanya menjadi salah satu yang terbaik
dengan nilai kekayaan yang cukup besar.
9. Achmad
Zaky (Bukalapak)
Siapa belum kenal dengan Achmad Zaky? Sebagai informasi
nih ya, pria ini adalah sosok di balik nama besar Bukalapak. Selain pendiri,
Zaky adalah CEO perusahaan tersebut.
Bukalapak merupakan salah satu e-commerce yang bertujuan
untuk memberdayakan para pengusaha kecil dan menengah Indonesia agar dapat
menjual produknya dengan cara yang lebih mudah yaitu lewat online.
Kini Bukalapak telah menjadi salah satu e-commerce yang paling
berkembang di Asia Tenggara dengan pertumbuhan penjualan mencapai 20 persen per
bulan dalam kurun waktu kurang dari dua tahun. Bukalapak juga telah berhasil
menjadi marketplace yang mampu mengumpulkan kelompok penjual di Indonesia
hingga lebih dari 150 ribu pelapak, 25 ribu seller dan 60 ribu user.
Semua kesuksesan itu tentu saja berkat kerja keras sang
Founder, Achmad Zaky yang harus jatuh bangun dalam mengembangkan Bukalapak
hingga besar seperti sekarang.
Achmad Zaky merupakan lulusan Teknik Informatika dari
Institut Teknologi Bandung. Pria kelahiran Sragen, 24 Agustus 1986 ini sudah
mulai tertarik dengan dunia teknologi sejak masih berada di bangku sekolah
dasar.
Semua bermula sejak Achmad Zaky mendapatkan hadiah sebuah
komputer serta buku pemrograman komputer dari pamannya di tahun 1997. Ketika
itu, usianya masih 11 tahun. Tak disangka, Zaky ternyata memiliki ketertarikan
dan minat yang cukup tinggi di dunia komputer dan pemrograman komputer.
Ketertarikan itu ternyata terus berlanjut hingga
mengenyam pendidikan di bangku SMA. Hal itu dibuktikan saat ia memenangkan
kejuaraan olimpiade sains nasional (OSN) bidang komputer mewakili sekolahnya di
SMA Negeri 1 Solo, Jawa Tengah.
Di tahun 2004, Zaky kemudian melanjutkan studinya di
jurusan Teknik Informatika di Institut Teknologi Bandung (ITB), salah satu
universitas negeri unggulan di Indonesia.
Selama
mengemban ilmu di bangku kuliah, Zaky sering memenangkan kompetisi teknologi
informatika tingkat nasional, seperti juara II di ajang Indosat Wireless
Innovation Contest tahun 2007. Kala itu, dia membuat software (perangkat lunak)
MobiSurveyor untuk digunakan dalam perhitungan cepat survei pemilihan umum.
Gak
cuma itu aja, ia juga mendapatkan Merit Award pada kompetisi INAICTA (Indonesia
ICT Awards) di tahun 2008.
Prestasi yang diraihnya mengantarkan Zaky untuk
mendapatkan beasiswa studi ke Oregon State University, Amerika Serikat di tahun
2008 dan berlangsung selama dua bulan. Sebenarnya, sebelum masuk kuliah di ITB,
tujuan Zaky cukup sederhana, yaitu memperoleh ijazah, lantas mendapatkan
pekerjaan bagus dengan gaji yang besar.
Namun, seiring berjalannya waktu, ia justru mengalami
perubahan cara berpikir. Ditambah lagi dengan banyaknya lulusan ITB yang
menjadi pengusaha sukses seperti Aburizal Bakrie dan Arifin Panigoro.
Ya, setelah lulus ITB memang hanya dua pilihan, yaitu
bekerja di perusahaan besar atau mendirikan perusahaan sendiri. Usai lulus
kuliah, Zaky pun mulai berpikir untuk membangun usaha sendiri yang masih berhubungan
dengan informatika.
Pria berusia 31 tahun ini pun akhirnya mendirikan sebuah
perusahaan jasa konsultasi teknologi yang bernama Suitmedia. Suitmedia pun
berkembang dengan sangat pesat, hingga akhirnya ia mendirikan Bukalapak. Sejak
saat itu, Zaky memutuskan untuk fokus membangun Bukalapak hingga menjadi online
marketplace terpercaya yang kini dikenal banyak orang.
Dalam membangun bisnisnya, Achmad Zaky sempat berpikir
untuk mendirikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. Ia lalu berpikir untuk
mendirikan situs yang bisa memfasilitasi penjual dan pembeli.
Apalagi, saat itu, situs serupa di Indonesia masih sangat
sedikit. Itulah yang membuat Zaky kemudian mendirikan Bukalapak di tahun 2010. Di
awal berdirinya Bukalapak hanya ada tiga orang yang terlibat. Achmad Zaky
gencar mengajak para pedagang untuk bergabung di Bukalapak di sela-sela
pekerjaannya di Suitmedia.
Tak mudah mengajak orang untuk berjualan di Bukalapak,
ditambah lagi saat itu internet belum seperti saat ini. Padahal untuk jualan di
Bukalapak tidak dipungut biaya alias gratis.
Kebanyakan para pedagang tidak mau ribet berjualan lewat
internet karena merasa jualan via offline sudah cukup. Zaky pun sampai turun
langsung untuk mengajak orang-orang yang berjualan di mall untuk juga berjualan
di Bukalapak.
Nah, yang menjadi tantangan terberat adalah masalah
kepercayaan terhadap e-commerce, karena kebanyakan orang takut tertipu. Namun,
Zaky tak mudah putus asa, ia terus berusaha meyakinkan para pengusaha terutama
para pelaku UKM untuk mau berjualan di internet. Salah satu caranya adalah
dengan memberikan edukasi kepada para seller.
Kala itu Bukalapak sering membuat kisah sukses seller dan
menyebarkannya ke Twitter. Tujuannya, untuk mengedukasi seller lain agar
menjadi seller terpercaya. Setelah beberapa lama, akhirnya kian banyak penjual
offline yang mencoba berjualan di Bukalapak. Kebanyakan dari mereka adalah para
pedagang yang penghasilan dari usaha offline-nya tidak terlalu besar dan
berharap dapat menambah penghasilan dengan berjualan di Bukalapak.
Achmad Zaky bersama tim juga dengan gencar mendekati
komunitas untuk menggunakan Bukalapak. Usaha dan perjuangannya pun membuahkan
hasil. Semakin lama jumlah pedagang yang berjualan semakin banyak, diikuti
dengan semakin banyaknya pengunjung website. Para pedagang yang awalnya ragu
berjualan di Bukalapak mulai merasakan penghasilan mereka meningkat.
Dalam kurun waktu tiga tahun, Bukalapak mengalami
kemajuan yang sangat pesat dengan memiliki 150 penjual dengan produk jualan
beragam, mulai dari elektronik, makanan hingga fashion.
Jika saat awal mendirikan Bukalapak, Achmad Zaky harus
merogoh bujet dari kantongnya sendiri. Kini Bukalapak mendapatkan pendanaan
dari beberapa investor seperti Batavia Incubator, IMJ Investment, dan juga
Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTEK Group).
10. Gibran
Rakabuming
Saat ini nama Gibran Rakabuming mungkin sudah dikenal
oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, di luar fakta bahwa ayahnya, Joko
Widodo, adalah seorang presiden negara republik Indonesia. Gibran adalah
pemilik sebuah bisnis di bidang catering dan wedding organizer dengan nama
Chili Pari.
Sebelum menjabat menjadi Walikota Solo, kemudian Gubernur
DKI jakarta, dan akhirnya Presiden RI, ayahnya, Joko Widodo merupakan pengusaha
mebel. Namun, Gibran memilih untuk merintis usaha sendiri tanpa campur tangan
ayahnya. Ia memulai usahanya dengan mengajukan pinjaman ke bank untuk modal.
Meski sempat ditolak beberapa kali, akhirnya ia
mendapatkan persetujuan dari salah satu bank dan dengan modal pinjaman tersebut
ia pun memulai Chili Pari dengan melayani pesanan partai kecil. Berkat
kemampuan dan keuletannya sendiri, sekarang Chili Pari sudah banyak menangani
order besar dengan jumlah tamu hingga ribuan orang dan usaha Gibran pun semakin
berkembang.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam kewirausahaan perlu
adanya pengembangan usaha, yang dimana dapat membantu para wirausahawan untuk
mendapatkan ide dalam pembuatan barang-barang yang akan dijadikan produk yang
akan dijual. Dalam proses pengembangan usaha ini diperlukannya jiwa seseorang
wirausaha yang soft skill yang artinya
adanya ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah putus
asa, mempunyai kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik kepada
konsumen, bersikap ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan berdoa.
karena semua usaha dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya rhido dari
Tuhan Yang Maha Esa.
3.2
Saran
Demikianlah makalah yang kami
buat mudah – mudahan apa yang kami paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan
bagi kita semua untuk lebih mengenal dunia kewirausahaaan .Kami menyadari apa yang kami paparkan dalam
makalah ini tentu masih belum sesuai apa yang di harapkan,untuk itu
kami berharap masukan yang lebih banyak
lagi dari guru pembimbing dan teman – teman semua.